Sabtu, 02 Mei 2015

Budidaya Cacing Tanah, Kenapa memilih Jenis Lumbricus Rubellus?

 
buku budidaya cacing lumbricusBanyak jenis cacing yang bisa diternakkan dan memiliki potensi ekonomi luar biasa, meski banyak jenis cacing dengan harga jual yang lebih tinggi, namun ada jenis cacing yang ternyata lebih menjanjikan banyak keuntungan, yaitu jenis Lumbricus Rubellus. Untuk budidaya cacing tanah, Kenapa memilih Jenis Lumbricus Rubellus? Karena salah satu manfaatnya adalah potensi farmasi yang ada dalam kandungan cacing lumbricus tersebut, selain itu, cacing jenis ini juga sangat baik sebagai campuran pakan ternak dan ikan untuk menekan biaya pembelian pakan yang semakin tinggi, sehingga secara langsung juga akan meningkatkan persentase keuntungan bagi pengelola peternakan yang memanfaatkan cacing ini.
Seperti yang kita tahu, bahwa sudah terbukti turun temurun, jika cacing jenis ini atau biasa dikenal di masyarakat sebagai cacing merah mampu menyembuhkan penyakit tipes. Cacing lumbricus memang dikenal sangat perakus, hal inilah yang membuat produktivitas kascing yang dihasilkan oleh lumbricus lebih banyak dibanding dengan jenis cacing lainnya. Cacing Lumbricus Rubellus sendiri mempunyai bentuk tubuh pipih dan agak bulat. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
“Kandungan protein yang ada dalam cacing tanah, khususnya lumbricus juga cukup tinggi sehingga sangat bagus untuk campuran sumber pakan ternak. Karena inilah, beberapa peternak lele mengganti tepung ikan sebagai sumber protein dalam pellet dengan tepung cacing. Jika cacing ini hasil dari kebun atau ternakan sendiri, maka biaya pakan lele bisa di tekan seminal mungkin. Hal ini tentu saja bisa memaksimalkan keuntungan dari lele.” Ungkap Ahmed, pengelola budidaya cacing Wartawira Farm.
Kendala dan Hambatan Dalam Budidaya Cacing Tanah
Semua usaha memang tak terlepas dari kendala dan hambatan. Dalam budidaya cacing, sebenarnya hambatannya cukup minim. Bahkan, bisa dibilang tidak ada jika kita mengantisipasinya sebelum hambatan tersebut datang. Beberapa kendala yang sering dialami oleh peternak adalah adanya semut merah, hewan pemangsa serta factor cuaca yang tidak bersahabat.
Semut bisa dibilang menjadi kendala yang sering dialami oleh peternak. Khususnya semut merah yang kerap mengambil makanan dari cacing, serta memangsa anakan cacing yang masih kecil. Antisipasinya cukup mudah, jika sistem kolamnya dibuat rak, maka kaki-kaki rak tersebut bisa dikasih air, sehingga semut tidak bisa naik ke atas.
“Namun, jika sistem kolamnya menggunakan jedingan atau batu bata. Luar kolam dijaga agar tetap bersih dan basah, sehingga semut tidak mendekat ke kolam. Jika masih banyak semut, bisa diberi roti bolu atau air gula yang sudah diberi sedikit regent (racun semut), dan usahakan jebakan semut ini jangan dikasih di dalam kolam, melainkan di luar kolam. Biasanya semuat akan membawa sumber makanan ke lubang mereka dan akan membasmi mereka semua.” Ungkap ahmed yang juga menjual bibit cacing jenis lumbricus serta kascing ini.
Kendala lain adalah hewan pemangsa cacing. Beberapa hewan pemangsa adalah ayam, burung, kadal, hingga tikus. Dengan membuat kadang bersih dan diberi batasan atau pagar dari jaring, biasanya akan menghambat masuknya hewan predator. Selain itu, atas kolam bisa juga ditutup dengan anyaman bambu. “Penggunaan anyaman untuk menutup kolam, selain bisa untuk menghindari binatang pemangsa juga mampu meredam panas dan mengatur suhu di dalam kolam.” Ungkap pria yang juga menjadi mentor untuk beberapa peternak mitranya ini.
Kendala lain yang sulit untuk diantisipasi adalah factor cuaca. Pada saat kemarau panjang, dengan suhu yang lumayan panas. Biasanya cacing tidak bisa berkembang dengan baik. Hal ini wajar, karena pengaruh oleh panas bisa berefek pada reproduksi cacing. Pada saat musim kemarau, sebaiknya terus dipantau kelembaban media, jangan sampai media terlalu kering. Jika media kering, hal pertama yang dilakukan adalah segera memberi air di atas media dengan cara disiram.
Sistem Rak dan Kolam Sama-sama Menguntungkan
Kolam cacing bisa menggunakan beberapa sistem, sistem pertama adalah dengan sistem rak. Model kandang cacing dibuat bertumpuk dengan lebar tak lebih dari satu meter. Model kandang seperti ini, cukup memudahkan peternak dalam mengecek cacing tiap saat. Selain itu, pemberian pakan dan pemanenan juga lebih simple.
Model rak juga cukup efisien dalam menghalau hewan pemangsa dan semut merah. Selain itu, sistem rak juga cukup simple dan bisa ditempatkan di ruang sempit sekalipun. Namun, untuk mengejar kapasitas besar dan produksi kascing yang melimpah, sistem rak tidak dianjurkan.
“Biasanya jika kita ingin menjual hasil kascingnya, kita bisa menggunakan sistem jedingan atau kolam permanen. Kolam bisa dibuat dengan ukuran 4 x 1 x 0,5 meter dan di bawah kolam diberi batu bata dengan list sement di pinggirnya, agar air bisa tetap terserap. Budidaya cacing dengan sistem kolam, cukup ampuh dalam mengejar kuantitas produksi cacing, dan juga bisa meningkatkan produktivitas kascing.” Tambahnya.
Pemasaran Cacing Ternyata Sangat Variatif
“Pada awal budidaya kami memang cukup kesulitan dalam memasarkan, karena sangat tergantung pada beberapa pengepul. Perlahan, kami mencari pangsa pasar alternatif untuk menyalurkan hasil panen. Beberapa pasar tersebut, cukup variatif, mulai dari pemancingan, peternak ikan lele dan sidat, pengusaha pupuk organic, hingga petani organic dan tanaman hias yang siap menampung kascing dari kami.” Ungkap Ahmed.
Banyak koperasi cacing didirikan di beberapa wilayah, hal ini menjadi angin segar bagi peternak cacing, bahwa pemasaran cacing mulai terjamin. Di daerah Sidoarjo, saat ini melalui koperasi cacing bahkan membuat diversifikasi produk dari olahan cacing, beberapa diantaranya bahkan cukup terkenal di masyarakat, seperti obat tipes dan minuman penambah energi yang dibuat dari campuran ekstrak cacing. Selain itu, banyak peternak ikan lele yang membuat pellet dengan menggunakan bahan campuran tepung cacing ini untuk mengganti tepung ikan yang saat ini harganya cukup tinggi. Bahkan, menurut pengakuan peternak ikan lele, pellet dengan campuran tepung cacing mampu meningkatkan bobot ikan lele di kolam dan mempercepat proses panennya.
Cacing juga menjadi komoditas ekspor yang cukup menjanjikan. Beberapa daerah, seperti Bandung dan Malang sebagai salah satu sentra penghasil cacing yang cukup besar menjadi penyumbang ekspor terbesar untuk cacing ini. “Kita juga bisa bekerjasama dengan peternak burung ocehan, semisal jalak suren dan murai medan untuk menyediakan bahan pangan cacing. Menurut beberapa penelitian dan pengalaman seorang peternak burung murai, burung ocehan yang diberi pakan cacing umumnya memiliki kesehatan yang prima dan produknya lancar.”
Jadi, tunggu apa lagi. Tak hanya bagus untuk kerjaan sampingan, budidaya cacing jika ditekuni juga bisa menjadi kerjaan utama dalam meraup keuntungan berwirausaha.
(**Dikutip dari buku Wirau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar