Sabtu, 02 Mei 2015

Beternak cacing atau budidaya cacing, mungkin masih menjadi kegiatan aneh, dan belum familier di telingga kita. Bagaimana mungkin, cacing yang dikenal menjijikkan itu diternakkan, dan bahkan memiliki prospek cerah? Namun, tingginya permintaan untuk kebutuhan farmasi, kosmetik, maupun pakan ternak mampu membuat sirna keraguan-raguan akan potensi dan prospek cerah budidaya cacing Lumbricus Rubellus. Komoditas cacing juga diharapkan menjadi bisnis agri masa depan yang selaras dengan misi setiap negara dalam melestarikan lingkungan.
Penasaran? Berikut kisah si cacing dan prospek cerah peluang usahanya.
Cacing (khususnya jenis Lumbricus Rubellus) memang memiliki banyak manfaat untuk manusia. Diantara kebaikan-kebaikan ini, cacing bisa dijadikan obat penurun panas dan demam yang sangat efektif. Bahkan, penggunaan cacing dalam obat sudah diperkenalkan sejak nenek moyang dulu. Tidak hanya di Indonesia, cacing lumbricus rubellus atau biasa dikenal cacing tanah merah ini juga menjadi bahan utama dalam pembuatan obat dan bahan kosmetik di luar negeri, seperti Cina, Korea, Jepang, Kanada, dan Amerika.
Harijadi, peternak dan leader farm budidaya cacing Magetan
“Permintaan cacing tak hanya datang dari dalam negeri, dari luar negeri pun juga sangat besar. Bahkan, untuk memenuhi permintaan dari pabrik-pabrik dalam negeri, farm kami masih belum mampu memenuhi kuota permintaan tiap bulannya. Karena inilah, sebenarnya dibutuhkan mitra kerjasama yang banyak untuk peternak cacing di Indonesia.” Ungkap Harijadi, salah satu peternak dan leader salah satu farm budidaya cacing di Magetan, Jawa timur kepada wartawirausaha.com.
Cacing dikenal memiliki banyak keunggulannya. Salah satunya adalah ketahanan tubuh yang sangat luar biasa. Selain itu, perawatan cacing juga cukup simple. Dalam perawatan beberapa kolam cacing, tidak membutuhkan tenaga yang banyak. Menurut Harijadi, cukup satu orang untuk mengelola dan merawat puluhan kolam cacing. Pakan cacing pun juga tergolong mudah, sisa atau limbah makanan dari rumah tangga bisa dijadikan pakan cacing. Selain itu, ampas tahu, atau sayuran busuk bisa dijadikan pakan cacing juga.
“Untuk kebutuhan makan, biasanya saya memberikan sayuran kubis sisa yang saya ambil dari pasar. Kubis terlebih dulu di cacah sebelum diberikan ke kolam cacing. Enaknya berternak cacing, cacing tidak tergantung pada pemberian makan. Bahkan, untuk pemberian makan yang tidak rutin pun tidak masalah.” Ujar Harijadi.
Perkembangbiakan cacing tergolong super cepat, bahkan masa panen untuk cacing jenis lumbricus rubellus ini menurut Harijadi hanya membutuhkan waktu 40 hari. Harga satu kilo untuk jenis cacing yang lumayan tinggi, membuat budidaya cacing menjadi salah satu alternatif di bidang agri. Dari pengakuan Harijadi, untuk satu kilo cacing umur 40 hari dihargai 40 – 50 ribu rupiah.
“Ukuran kolam tempat budidaya cacing, idealnya memiliki panjang dan lebar 1 x 4 meter. Untuk satu kolam biasanya diisi 15 -20 kg indukan cacing. Nah, kelebihan cacing lumbricus ini, dalam waktu 30 – 40 hari cacing sudah bisa dipanen. Dan jangan kaget, dalam waktu 40 hari 15 kg indukan cacing lumbricus bisa berkembang menghasilkan 3 kali lipat, yaitu 45 kg setiap kolam.” Tambah pria yang mengaku rutin mengirimkan minimal 60 kg cacing ke salah satu rekannya di Malang.
Hal pertama yang harus disiapkan dalam budidaya cacing ini adalah bibit cacing dan media yang akan digunakan untuk cacing. Media untuk cacing bisa digunakan grajen sisa jamur atau limbah dari budidaya jamur. Harijadi menjelaskan, grajen bekas jamur ini bisa dicampur dengan kletong (kotoran sapi) yang sudah kering atau setengah kering, serta tanah. “Jika media sudah siap, media tersebut bisa langsung diratakan di kolam. Untuk ukuran kolam bisa menggunakan 1 x 4 meter dengan tinggi 60 cm. Dasar kolam bisa dialasi batu bata yang ditata sedemikian rupa.” Ungkap pria yang juga pernah membudidayakan beberapa jenis ikan air tawar ini.
Mengingat cacing merupakan binatang dengan habitat asli di tanah, maka jangan lupa untuk mencampur tanah di media budidaya cacing. Tanah yang baik untuk campuran media cacing ini adalah tanah yang diambil di pinggir sungai. Setelah media siap, indukan cacing pun siap ditebar secara merata.
“Cacing merupakan binatang yang menyukai tempat lembab dan gampang stress jika terkena cahaya matahari. Karena itu, penting setiap hari mengecek kelembaban media. Usahakan media jangan terlalu basah dan terlalu kering. Jika kering, media cacing bisa disemprot air secara merata dan tidak berlebihan. Untuk kolam sendiri sebaiknya menggunakan iyup-iyup (atap) agar cahaya tidak masuk ke kolam.” Ujar Harijadi yang saat ini sudah memiliki 20 kolam dan berencana ingin menambah kolam lagi.
Kendala utama dalam budidaya cacing ini, menurut Harijadi adalah serangan semut serta tikus. Selain dua binatang tersebut perlu diwaspadai juga hewan predator cacing seperti katak dan kadal. Namun serangan semut dan tikus ini biasanya terjadi hanya di bulan-bulan awal budidaya. Solusi Harijadi untuk kendala ini adalah dengan menjaga kebersihan sekitar kolam. Setiap siang atau sore sisi-sisi luar kandang bisa disemprot air agar tetap bersih dan bebas semut.
Budidaya cacing, bisa dilakukan di daerah manapun. “Inilah kelebihan yang dimiliki cacing, karena di semua daerah cacing bisa hidup subur. Yang penting, media di kolam diusahan tetap selembab mungkin. Karena cacing menyukai habitat yang lembab. Saat panen atau 40 hari, cacing besar siap panen biasanya akan meminggir di pinggir kolam. Sedangkan telur dan anakan cacing biasanya akan menggumpul di tengah.” Tambah Harijadi.
Usaha Cacing Lumbricus RubellusSelain cacingnya yang laku dijual dalam kondisi hidup di pabrik farmasi dan kosmetik atau diekspor ke luar negeri, ternyata kascing (media bekas budidaya cacing) juga laku dijual. Kascing merupakan pupuk organik alami yang memiliki kandungan hara makro serta mikro yang lengkap dengan pH basa. Kascing ini biasanya digunakan untuk pupuk tanaman sayuran, buah-buahan, selain itu juga cocok untuk pupuk padi organik. Untuk perkilo kascing, biasanya Harijadi menghargai 5.000 sampai 6.000 rupiah.
Pemasaran cacing, menurut Harijadi tidaklah terlalu sulit. Saat ini, banyak pabrik-pabrik farmasi atau kosmetik yang siap menampung hasil panen budidaya cacing. Bahkan beberapa negara juga siap menampung cacing-cacing ini. Penting juga untuk menjalin kemitraan bersama para petani cacing untuk berbagi info mengenai penjualan serta tips-tips beternak cacing.
“Sampai sejauh ini, prospek untuk wirausaha ternak cacing lumbricus rubellus masih sangat bagus. Selain cacingnya yang diburu oleh pabrik obat dan kosmetik serta pabrik pakan ternak, media bekas cacing atau kascing juga laku keras. Jika sudah merasakan hasil dari budidaya cacing ini, saya jamin anda tidak bakal jijik lagi sama cacing.” Tutup Harijadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar